Sunday 6 August 2023

Menguak Asal Usul Pemandian Clereng

PENGASIH (KONSIKA NEWS) – Sejarah mengenai asal usul pemandian Clereng yang sekarang dikelola oleh Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Binangun, berhasil didokumentasikan oleh tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang melakukan Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) di Padukuhan Mrunggi Kalurahan Sendang Sari Kapanewon Pengasih belum lama ini.


Didampingi Kepala Unit AMDK Perumda Air Minum Tirta Binangun Meiritanto, S.E, Tim mahasiswa UGM selanjutnya memajang dokumen yang berwujud tulisan dipigura pada salah satu dinding bangunan komplek pemandian Clereng, Sabtu Legi (29/7/2023).

Dokumen disusun berdasarkan informasi-informasi yang digali dari tokoh masyarakat setempat.

Dikutip dari cerita dalam dokumen tersebut, keberadaan pemandian Clereng dikaitkan dengan kisah Sunan Kalijaga.


Awalnya mata air ini muncul ketika Sunan Kalijaga sedang menyebarkan Islam hingga di daerah Pengasih dan beristirahat di Clereng.

Ketika beliau ingin menunaikan ibadah salat Subuh, di sekitar tempat itu tidak ada mata air untuk wudhu. Kemudian, Sunan Kalijaga menancapkan tongkat ke tanah dan mengeluarkan sumber mata air saat tongkat dicabut.

Di bagian atas pemandian terdapat sebuah Petilasan Sunan Kalijaga yang pernah menjadi tempat salat  Sunan Kalijaga.

Pada petilasan terdapat dua tampungan air yang konon digunakan untuk wudhu oleh Sunan Kalijaga.

Di tengah pesona alam yang tenang dan asri, petilasan menyimpan kenangan dan keheningan, mengingatkan akan warisan spiritual yang tak terlupakan.


Sunan Kalijaga, seorang wali dan ulama besar yang dikenal dengan sifatnya yang lembut dan penuh kasih, pernah menginjakkan kaki di tempat itu dan meninggalkan jejak-jejak kebaikan yang mendalam.

Dalam cerita lain, pemandian Clereng disangkutpautkan dengan kisah Ki Sodewo.

Merujuk kisah ini, mata air dibuat oleh Ki Sodewo yang menancapkan tongkat untuk membuat mata air saat pasukannya mengalami kekurangan air selama perang. Mata air tersebut konon berasal dari Kedung Dangdaeng di Kabupaten Purworejo.

Menjadi semacam tradisi, terdapat pementasan jathilan ketika momen hari Raya Idul Fitri.

Bahkan, beredar cerita kalau kuda lumping dalam kelompok Jathilan tersebut dapat menari sendiri pada malam-malam tertentu dan diberikan minum dari air di pemandian tersebut. (Prd)

No comments:

Post a Comment