KULON PROGO (KONSIKA NEWS) - Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten yang memiliki kondisi geografis yang beragam. Di bagian utara yang merupakan dataran tinggi dengan ketinggian antara 500-1000 meter dari permukaan air laut, di bagian tengah merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 - 500 meter di atas permukaan air laut, dan di bagian selatan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 -100 meter di atas permukaan air laut.
Bagian utara Kulon Progo yang merupakan dataran tinggi terkenal dengan perbukitan menoreh. Kawasan perbukitan menoreh penggunaan lahannya cukup bervariasi seperti kebun, tegalan, permukiman, sawah dan belukar.
Secara ekologis, keanekaragaman hayati kawasan
Menoreh masih belum sepenuhnya terungkap. Salah satu satwa yang habitatnya ada
di perbukitan menoreh adalah kera ekor panjang (Macaca fascicularis).
Mereka banyak
dijumpai di kawasan lereng-lereng menoreh terutama bagian utara yaitu di wilayah
Kapenewon Girimulyo (Kalurahan Purwosari, Kalurahan Pendoworejo, dan Kalurahan
Jatimulyo), Kapanewon Kalibawang di Kalurahan Banjararum, dan Kapanewon Samigaluh bagian selatan.
Kera ekor panjang termasuk omnivora oportunis
yang dilengkapi kantong pipi, pemakan berbagai jenis makanan terutama buah pada
pohon gandaria ,ara, karet, rambutan, aren, rumbia, medang, nangka, dll), daun
muda, bunga, biji, umbi (ubi dan ketela), serangga dan sejenis kepiting (shttps://waykambas.org/kera-ekor-panjang/).
Tumbuhan budidaya pertanian yang disukai
seperti jagung, padi, pisang dan tebu. Dengan variasi makanan yang tinggi
membuatnya lebih adaptif dibandingkan monyet lain. Oleh sebab itu, kera ekor
panjang seringkali dianggap pengganggu oleh para petani.
Pada musim kemarau kawanan kera ekor panjang
di perbukitan menoreh sering turun ke daerah pemukiman dan ladang warga secara
bergerombol. Kawanan kera ini menyerbu komuditas pertanian yang ditanam warga
yang menyebabkan keresahan warga.
Akibat penyerangan kawanan kera ekor panjang
ini sebagian warga berpotensi mengalami kerugian
berupa berkurangnya hasil produksi pertanian terutama tanaman jagung, tanaman
singkong, dan buah-buahan yang ada.
Beberapa tahun terakhir ini, kera ekor panjang
di daerah perbukitan menoreh tidak mengenal musim untuk turun ke pemukiman dan
ladang warga. Kawanan kera
mulai adaptif dengan manusia, sehingga saat bertemu warga kera-kera ini sudah
mulai tidak menghindari warga masyrakat.
Hal ini menambah kekhawatiran masyarakat akan
keberadaan kera ekor panjang yang dapat merusak tanaman budidaya warga masyarakat. Apakah ini
merupakan dampak dari perubahan iklim?. (Wulan)
No comments:
Post a Comment