Tuesday 12 March 2024

Kisah Kera Ekor Panjang di Perbukitan Menoreh Kulon Progo

KULON PROGO (KONSIKA NEWS) - Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten yang memiliki kondisi geografis yang beragam. Di bagian utara yang merupakan dataran tinggi dengan ketinggian antara 500-1000 meter dari permukaan air laut, di bagian tengah merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 - 500 meter di atas permukaan air laut, dan di bagian selatan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 -100 meter di atas permukaan air laut.

Bagian utara Kulon Progo yang merupakan dataran tinggi terkenal dengan perbukitan menoreh. Kawasan perbukitan menoreh penggunaan lahannya cukup bervariasi seperti kebun, tegalan, permukiman, sawah dan belukar. 


Secara ekologis, keanekaragaman hayati kawasan Menoreh masih belum sepenuhnya terungkap. Salah satu satwa yang habitatnya ada di perbukitan menoreh adalah kera ekor panjang (Macaca fascicularis).

Mereka banyak dijumpai di kawasan lereng-lereng menoreh terutama bagian utara yaitu di wilayah Kapenewon Girimulyo (Kalurahan Purwosari, Kalurahan Pendoworejo, dan Kalurahan Jatimulyo), Kapanewon Kalibawang di Kalurahan Banjararum,  dan Kapanewon Samigaluh bagian selatan.

Kera ekor panjang termasuk omnivora oportunis yang dilengkapi kantong pipi, pemakan berbagai jenis makanan terutama buah pada pohon gandaria ,ara, karet, rambutan, aren, rumbia, medang, nangka, dll), daun muda, bunga, biji, umbi (ubi dan ketela), serangga dan sejenis kepiting (shttps://waykambas.org/kera-ekor-panjang/).

Tumbuhan budidaya pertanian yang disukai seperti jagung, padi, pisang dan tebu. Dengan variasi makanan yang tinggi membuatnya lebih adaptif dibandingkan monyet lain. Oleh sebab itu, kera ekor panjang seringkali dianggap pengganggu oleh para petani.


Pada musim kemarau kawanan kera ekor panjang di perbukitan menoreh sering turun ke daerah pemukiman dan ladang warga secara bergerombol. Kawanan kera ini menyerbu komuditas pertanian yang ditanam warga yang menyebabkan keresahan warga.

Akibat penyerangan kawanan kera ekor panjang ini sebagian warga berpotensi mengalami  kerugian berupa berkurangnya hasil produksi pertanian terutama tanaman jagung, tanaman singkong, dan buah-buahan yang ada.

Beberapa tahun terakhir ini, kera ekor panjang di daerah perbukitan menoreh tidak mengenal musim untuk turun ke pemukiman dan ladang warga. Kawanan kera mulai adaptif dengan manusia, sehingga saat bertemu warga kera-kera ini sudah mulai tidak menghindari warga masyrakat.

Hal ini menambah kekhawatiran masyarakat akan keberadaan kera ekor panjang yang dapat  merusak tanaman  budidaya warga masyarakat. Apakah ini merupakan dampak dari perubahan iklim?. (Wulan)

No comments:

Post a Comment