KULON PROGO,
konsikaku.blogspot.com- Kelik Suparno atau yang akrab disapa Pak Kelik
merupakan salah satu petani sukses pembudidaya lebah madu lanceng atau klanceng
(Trigona) dari Gunung Kelir Desa Jatimulyo Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulon
Progo. Melalui Jejaring Penggiat dan Pemerhati Lingkungan Hidup Kulon Progo, ia
membagikan kisah hingga berhasil dalam menekuni usaha budidaya lebah madu
klanceng.
“Untuk budidaya klanceng yang perlu diperhatikan
ialah lingkungan yang akan ditempati lebah dan jauhkan dari penggunaan
pestisida. Budidaya klanceng harus ada 3 hal pokok. Pertama, sumber getah misal
dari pohon nangka,mangga, atau lainnya. Kedua, sumber beepollen/ serbuk sari
sebagai sumber protein bagi si lebah contoh dari bunga matahari,kelapa, dan
lain-lain. Ketiga, sumber nektar atau
cairan manis dari tumbuhan untuk sumber energi bagi si lebah dan bila cadangan
melimpah disimpan dalam kantong biasanya kita kenal sebagai madu, contoh bunga
atau pohon mangga,kaliandra,jantung pisang, maupun kelapa. Dalam satu kotak
lebah biasanya ada 3 kasta, yaitu ratu lebah,lebah pekerja atau betina dan
jantan. Material sarang lebah berasal dari getah“ jelasnya.
Ditanya latar belakang budidaya,
ia mengatakan awalnya hanya iseng karena lebah jenis ini di masyarakat dianggap
sebagai binatang yang berbahaya, sebab bisa masuk telinga atau hidung manusia.Padahal
sebenarnya, lebah jenis klanceng tidak mungkin masuk ke organ tersebut jika tidak
ada aroma ratu lebah di setiap koloni. Selain itu ada pula anggapan bahwa
klanceng adalah binatang pengotor.
Proses awal pembudidayaan
dahulunya dengan memindahkan telur lebah yang ada di dalam bambu usuk ke dalam
kotak. Ketika proses pemindahan, yang perlu diperhatikan ialah jangan sampai
banyak telur yang rusak, ratu lebah harus ada, madu dan bee pollen diikutkan,
demikian juga dengan getah yang terdapat di sarang. Lubang masuk dioles getah
sebagai penanda supaya lebah pekerja bisa masuk kekotak yang baru. Radius lebah
dalam mencari makan kurang lebih 500meter, tetapi bisa lebih tinggi dari lebah
doang atau apis cerana.
Persiapan
pemindahan klanceng dari bambu ke kotak. (Foto: Saptono Tanjung)
“Kalau di tempat kami, sebagai
tempat sarang berbentuk kotak berukuranlebar 12cm Tinggi 10cm Panjang 25cm dan
bagian depan diberi lubang kecil. Penempatannya hindarkan dari terik matahari
langsung dan terpaan hujan. Kalau bisa kotak tersebut diarahkan ke matahari
terbit” kata Kelik.
Masa panen madu lebah klanceng
antara 1,5 hingga 3 bulan, sangat dipengaruhi oleh suhu dan kondisi lingkungan.
Untuk jenis lebah Trigona Leaviceps, setiap satu stup atau satu kotak rata-rata
dapat menghasilkan 50-100 ml madu, sedangkan lanceng besar seperti lanceng
gagak atau Trigona Itama bisa mencapai 1 liter madu.
“Pemasaran madu paling banyak ke luar
Kulon Progo. Bahkan, pegawai Lab. Kemenkes yang di Salatiga sudah berlangganan
rutin”ujarnya.
Madu klanceng dengan madu lebah
lain berbeda, baik secara fisik maupun kandungannya. Madu klanceng lebih encer.
Kandungan vitaminnya lebih banyak karena berasal dari bermacam-macam bunga. Jika
dirasakan, madu klanceng seperti ada asem-asemnya.
“Kendala yang kami alami selama
pembudidayaan lebah klanceng adalah pengaruh musim. Daerah sini (Jatimulyo-red)
pada bulan Juni hingga September hawanya dingin dan sumber pakan bagi lebah
juga berkurang” pungkasnya. (Konsika Kulon Progo/Mas Pardy)
No comments:
Post a Comment