KONSIKA NEWS, KULON PROGO
– Keberadaan sampah plastik
harus diakui tidak dapat terhindarkan, hampir di setiap penjuru lingkungan sekitar
kita.
Jika dicermati, saat ini berbagai produk plastik terdapat
kode-kode tertentu. Kode menyatakan jenis plastik yang membentuk material, sehingga
mempermudah untuk mendaur ulang.
Contohnya adalah kode segitiga 3 R dengan angka di
tengah-tengahnya. Angka menunjukkan jenis plastiknya dan kadang pula diikuti
dengan singkatan, seperti:
PET (Polietilena
Tereftalat), pada
umumnya terdapat pada botol minuman atau bahan konsumsi lainnya yang cair.
HDPE (High Densy
Polyethylene) atau Polietilena berdensitas tinggi, biasanya
terdapat pada botol detergen.
PVC (Polivinil Klorid), biasanya terdapat pada pipa dan
furniture lainnya.
LDPE (Low Density
Polyethylene) atau Polietilena berdensitas rendah, biasanya
terdapat pada bungkus makanan.
PP (Polipropilena), umumnya terdapat pada tutup botol
minuman, sedotan, dan beberapa jenis mainan.
PS (Polistirena), umumnya terdapat pada kotak
makanan, kotak pembungkus daging, cangkir, dan peralatan dapur lainnya.
Semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat, maka akan
semakin bertambah pula sampah plastik yang dihasilkan. Wajar jika kemudian
menjadi permasalahan lingkungan yang serius.
Perlu diketahui bahwa sampah plastik sangat sulit untuk
hancur. Dibutuhkan puluhan bahkan ratusan tahun agar terurai. Oleh karena itu,
diperlukan solusi alternatif agar keberadaan sampah plastik dapat ditangani
dengan baik. Alternatif penanganannya antara lain sebagai berikut:
Reuse (Memanfaatkan
ulang)
Menggunakan kembali barang bekas tanpa pengolahan dahulu
untuk tujuan yang sama atau berbeda dari tujuan bahan awal. Contohnya: memakai
sampah plastik sebagai bahan baku kerajinan, ban bekas dikemas menjadi tempat
duduk, dan sebagainya.
Recycle (Mengolah
kembali)
Memanfaatkan barang bekas dengan mengolah materinya untuk
digunakan lebih lanjut. Contoh: sampah organik diolah menjadi kompos.
Reduce (Mengurangi)
Merupakan semua bentuk kegiatan atau perilaku yang dapat
mengurangi produksi sampah. Contoh: pergi belanja membawa keranjang/tas belanja
dari rumah.
Replace (Mengganti)
Menggantikan dengan bahan yang bias dipakai ulang sebagai
upaya mengubah kebiasaan yang dapat mempercepat produksi sampah. Contoh: membungkus
kue menggunakan daun pisang.
Refill (Mengisi
kembali)
Mengisi kembali wadah-wadah produk kemasan yang habis
dipakai. Contoh: memanfaatkan botol parfum untuk diisi kembali dengan parfum
isi ulang.
Repair (Memperbaiki)
Melakukan pemeliharaan atau perawatan agar tidak menambah
produksi sampah. Contoh: sandal yang talinya putus, diperbaiki kembali dengan
tali yang baru, tanpa perlu beli sandal baru selama masih layak.
Di samping alternatif solusi di atas, dilansir dari berbagai
sumber, saat ini juga sedang dikembangkan pemanfaatan sampah plastik sebagai
sumber energi. Semoga berhasil dan terealisir dengan baik. (Prd)
No comments:
Post a Comment