NANGGULAN, konsikaku.blogspot.com-
Kesenian tradisional masih berkembang subur di wilayah Kabupaten Kulon Progo.
Sebagai contoh, terdapat jathilan, kethoprak, wayang kulit, angguk, kubro
siswo, reog, karawitan, dan lain sebagainya. Seni jathilan atau sering disebut
kuda kepang sendiri bermacam-macam jenisnya, ada pula yang disebut oglek dan
incling.
Salah satu daerah yang masih
konsisten melestarikan kesenian jathilan di Kulon Progo ialah Pedukuhan
Tanggulangin Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan. Di pedukuhan ini terdapat
Paguyuban Seni Jathilan Turonggo Bekso Manunggal (TBM). Ketua paguyuban
sekarang dijabat oleh Seno.
Tidak diketahui persis sejak
tahun berapa seni jathilan di Pedukuhan Tanggulangin berkembang. Yang jelas
peninggalan dari leluhur terdahulu diuri-uri (dilestarikan-red) hingga kini.
Sebagai grup jathilan yang telah ada sejak lama, Jathilan Turonggo Bekso
Manunggal mempunyai aliran atau gagrak klasik atau yang lebih dikenal dengan
istilah jathilan pong jir.
Dalam gagrak klasik, tari
jathilan runtut baik alur cerita maupun gerakannya. Secara garis besar
mengisahkan pertempuran antara 2 kubu pasukan dimana pasukan yang berpegang
pada kebenaran dan keadilan pada akhir kisah akan meraih kemenangan.
Piranti gamelan untuk
jathilan gagrak klasik pun masih terawat dengan baik seperti kendang, angklung,
dan keprak. Sandangan (pakaian-red) masih lengkap dengan kuluk nya, barongan,
topeng wewe gombel, penthul dan bejer. Untuk kuda kepang sudah generasi produk
baru, sebab kuda kepang warisan lama raib tak diketahui keberadaannya.
Selain tari klasik, Jathilan
Turonggo Bekso Manunggal juga mengembangkan tari kreasi baru dengan
mendatangkan pendamping dari luar pedukuhan. Latihan rutin digelar jelang
pentas manakala mendapat tanggapan atau order, guna mengasah kekompakan antar
penari dan menyelaraskan antara gerakan dengan irama musik pengiring.
Pementasan jathilan kreasi
baru biasanya dikombinasikan dengan rampak buto gedruk, atau ganong, atau
celeng atau singo barong. Dalam sekali order pentas, biasanya menampilkan 4 babak
meliputi babak putra junior kreasi baru, babak klasik pong jir, babak putri
kreasi baru, dan babak putra senior kreasi baru. Namun demikian, jumlah babak
tiap pentas dapat bersifat luwes (fleksibel-red) artinya tergantung dari
pemesan menginginkan berapa babak dan model apa. Terkait dengan harga pesan
atau order pentas, Jathilan Turonggo Bekso Manunggal (TBM) tidak mematok harga
resmi, sehingga bisa nego tergantung kesepakatan kedua belah pihak.
Ajang eksistensi, Jathilan
TBM pasti pentas minimal 1 kali tiap tahunnya, khususnya di Pedukuhan
Tanggulangin. Dipentaskan rutin pasca hari raya lebaran Idul Fitri kurun waktu
H+4 hingga H+7 di rumah salah satu warga. Satu hal yang paling dinantikan oleh
penonton adalah manakala para pemain jathilan mengalami kondisi trance atau
kesurupan atau ndadi. Aksi para pemain yang sedang kesurupan menjadikan suasana
mendebarkan dan menaikkan kepo atau rasa penasaran penonton kira-kira adegan
akhirnya seperti apa.
Aksi
kesurupan atau ndadi para penari jathilan TBM ditambah kreasi tarian dengan
alunan musiknya yang khas menjadi daya magnet tersendiri bagi penonton. Setiap
kali pentas penonton berjubel penuh. Bahkan tak jarang berbondong-bondong dari
luar daerah menyempatkan datang untuk menyaksikan. Sebaran usia penonton
jathilan juga merata dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, hingga usia
lanjut. Kepedulian generasi muda dalam melestarikan jathilan, khususnya gagrak
klasik pong jir merupakan kunci utama mengapa paguyuban tersebut masih eksis
hingga kini. (Konsika Kulon Progo/Mas Pardy)
No comments:
Post a Comment