Thursday 19 September 2019

Jathilan Turonggo Bekso Manunggal Dari Kulon Progo Konsisten Lestarikan Gagrak Klasik Pong Jir

NANGGULAN, konsikaku.blogspot.com- Kesenian tradisional masih berkembang subur di wilayah Kabupaten Kulon Progo. Sebagai contoh, terdapat jathilan, kethoprak, wayang kulit, angguk, kubro siswo, reog, karawitan, dan lain sebagainya. Seni jathilan atau sering disebut kuda kepang sendiri bermacam-macam jenisnya, ada pula yang disebut oglek dan incling.

Salah satu daerah yang masih konsisten melestarikan kesenian jathilan di Kulon Progo ialah Pedukuhan Tanggulangin Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan. Di pedukuhan ini terdapat Paguyuban Seni Jathilan Turonggo Bekso Manunggal (TBM). Ketua paguyuban sekarang dijabat oleh Seno.

Tidak diketahui persis sejak tahun berapa seni jathilan di Pedukuhan Tanggulangin berkembang. Yang jelas peninggalan dari leluhur terdahulu diuri-uri (dilestarikan-red) hingga kini. Sebagai grup jathilan yang telah ada sejak lama, Jathilan Turonggo Bekso Manunggal mempunyai aliran atau gagrak klasik atau yang lebih dikenal dengan istilah jathilan pong jir.

Dalam gagrak klasik, tari jathilan runtut baik alur cerita maupun gerakannya. Secara garis besar mengisahkan pertempuran antara 2 kubu pasukan dimana pasukan yang berpegang pada kebenaran dan keadilan pada akhir kisah akan meraih kemenangan.

Piranti gamelan untuk jathilan gagrak klasik pun masih terawat dengan baik seperti kendang, angklung, dan keprak. Sandangan (pakaian-red) masih lengkap dengan kuluk nya, barongan, topeng wewe gombel, penthul dan bejer. Untuk kuda kepang sudah generasi produk baru, sebab kuda kepang warisan lama raib tak diketahui keberadaannya.

Selain tari klasik, Jathilan Turonggo Bekso Manunggal juga mengembangkan tari kreasi baru dengan mendatangkan pendamping dari luar pedukuhan. Latihan rutin digelar jelang pentas manakala mendapat tanggapan atau order, guna mengasah kekompakan antar penari dan menyelaraskan antara gerakan dengan irama musik pengiring.

Pementasan jathilan kreasi baru biasanya dikombinasikan dengan rampak buto gedruk, atau ganong, atau celeng atau singo barong. Dalam sekali order pentas, biasanya menampilkan 4 babak meliputi babak putra junior kreasi baru, babak klasik pong jir, babak putri kreasi baru, dan babak putra senior kreasi baru. Namun demikian, jumlah babak tiap pentas dapat bersifat luwes (fleksibel-red) artinya tergantung dari pemesan menginginkan berapa babak dan model apa. Terkait dengan harga pesan atau order pentas, Jathilan Turonggo Bekso Manunggal (TBM) tidak mematok harga resmi, sehingga bisa nego tergantung kesepakatan kedua belah pihak.

Ajang eksistensi, Jathilan TBM pasti pentas minimal 1 kali tiap tahunnya, khususnya di Pedukuhan Tanggulangin. Dipentaskan rutin pasca hari raya lebaran Idul Fitri kurun waktu H+4 hingga H+7 di rumah salah satu warga. Satu hal yang paling dinantikan oleh penonton adalah manakala para pemain jathilan mengalami kondisi trance atau kesurupan atau ndadi. Aksi para pemain yang sedang kesurupan menjadikan suasana mendebarkan dan menaikkan kepo atau rasa penasaran penonton kira-kira adegan akhirnya seperti apa.

Aksi kesurupan atau ndadi para penari jathilan TBM ditambah kreasi tarian dengan alunan musiknya yang khas menjadi daya magnet tersendiri bagi penonton. Setiap kali pentas penonton berjubel penuh. Bahkan tak jarang berbondong-bondong dari luar daerah menyempatkan datang untuk menyaksikan. Sebaran usia penonton jathilan juga merata dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, hingga usia lanjut. Kepedulian generasi muda dalam melestarikan jathilan, khususnya gagrak klasik pong jir merupakan kunci utama mengapa paguyuban tersebut masih eksis hingga kini. (Konsika Kulon Progo/Mas Pardy) 

No comments:

Post a Comment