SENTOLO, konsikaku.blogspot.com-
Pertengahan tahun 2019, sekitar bulan Agustus dan September publik di Kulon
Progo dikagetkan dengan kemunculan kawanan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di permukiman penduduk.
Bahkan, tidak hanya di lingkup satu kecamatan saja.
Awal September kemarin, kawanan monyet
ekor panjang kembali muncul di daerah Siwalan Sentolo. Dilaporkan oleh Iwan
Sanusi Ketua Komunitas Pelestari Alam dan Satwa (PADAS).
“Mohon bantuannya, telah hadir
rombongan monyet di daerah Sentolo, tepatnya dekat tetek spur (palang kereta
api-red) yang ditutup. Masyarakat merasa resah, takut menyerang” tulisnya
melalui pesan singkat.
Sementara, Dwi salah satu
pemerhati lingkungan mengatakan jika dirinya melihat monyet serupa di daerah
Pendoworejo Girimulyo pada bulan Agustus kemarin.
“Bulan lalu saya pendataan di Dusun
Balak RT 72 Desa Pendoworejo. Saya
melihat langsung monyet mencabut singkong di halaman keluarga Pak Suradi yang
baru saya data” ujarnya.
Ia menambahkan hampir semua
tanaman dipanen monyet tersebut, kecuali cabai dan jeruk. Kawanan yang turun
kalau ramai-ramai kabarnya jumlahnya mencapai ratusan.
Irwan Jasmoro, salah satu tokoh
penggiat lingkungan menyatakan populasi monyet ekor panjang di sekitar Perbukitan
Menoreh memang masih banyak. Beberapa satwa yang sudah punah di daerah lain juga
masih bisa ditemui di kawasan Hutan Menoreh.
“Pesan saya, jangan dikasih
makan. Kalau dikasih makan biasanya nggak mau balik masuk hutan, terus njagakke dipakani (tergantung pemberian makan-red). Nanti musim hujan, hutannya
ditanami tanaman buah saja. Pilih jenis yang cepat berbuah seperti talok dan timun
hutan” ucapnya.
Kemunculan monyet ekor panjang
hingga kawasan perumahan warga segera direspon oleh Balai Konservasi dan Sumber
Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta. Tim BKSDA meninjau langsung ke lokasi.
“Kemarin sore kami sudah ke
lokasi di Dusun Siwalan Sentolo. Sempat bertemu dengan Pak Tono dan Bu Mimi, agen
bus di dekat lokasi. Mereka sempat menjumpai 3 ekor monyet ekor panjang (MEP),
yang mencari makan pupus pepaya dan pisang. Bahkan ada yang mengambil barang
dagangan berupa kacang tanah dan kapri” kata Untung Suripto, dari Tim BKSDA
Yogyakarta.
Menurutnya, fenomena ini terjadi
hampir tiap tahun, MEP keluar kawasan karena mencari makan. Tetapi, tahun 2019 ini
memang frekuensi kejadiannya lebih sering.
Ia mencontohkan, di kawasan lereng Merapi ada sebuah komunitas yang
mencoba hidup berdampingan dengan MEP. Sementara bagi warga yang tinggal di
perkotaan memang tidak terbiasa hidup berdampingan dengan MEP.
“Ada beberapa hal penyebab
keluarnya MEP. Antara lain kerusakan habitat atau karena musim kemarau yang
panjang sehingga pakan di dalam hutan minim. Hal ini mengakibatkan MEP keluar dari
habitatnya untuk mencari pakan” imbuhnya.
Sudah semestinya semua warga
masyarakat sadar, hewan-hewan langka tersebut dilindungi. Agar anak cucu generasi
mendatang bisa melihat secara langsung hewan tersebut. Bukan melalui foto, film,
maupun bentuk dokumenter lainnya. Menjaga kelestarian habitat tempat hidup adalah
wujud nyata kepedulian terhadap satwa-satwa tersebut. (Konsika Kulon Progo/Mas
Pardy)
Gambar. Tim dari BKSDA Yogyakarta meninjau lokasi tempat dimana kawanan Monyet Ekor Panjang muncul di daerah Siwalan Sentolo
Gambar. Kawanan Monyet Ekor Panjang masuk hingga permukiman warga di daerah Siwalan Sentolo
No comments:
Post a Comment