KONSIKA NEWS, SAMIGALUH - Unggul atas perwakilan dari Kabupaten/Kota lain se-DIY, utusan Kabupaten Kulon Progo meraih kemenangan.
Sabet Juara 1, Kelompok Tani Hutan (KTH) Mekar Tani dari Pedukuhan Nglinggo Barat Kalurahan Pagerharjo Kapanewon Samigaluh menerima penghargaan Kalpataru Kategori Penyelamat Lingkungan Tingkat DIY Tahun 2020, Kamis (10/12/2020).
KTH Mekar Tani mengungguli KTH Ngudi Mulyo Pendul asal Sedayu Bantul (Juara 2) dan KT Ngudi Rejeki dari Paliyan Gunungkidul (Juara 3).
Tampil memukau, Tim Penilai menyatakan kekagumannya.
“Saya dan rombongan sangat apresiasi sekali terhadap kelompok Mekar Tani yang sudah menghijaukan lingkungan khususnya di Nglinggo ini. Dimana setelah kami berkeliling untuk verifikasi lapangan ternyata benar-benar antusias dalam penyelamatan lingkungan,” kata Kepala Balai Perbenihan Kehutanan DLHK DIY Ir. Tri Basuki Sundoro, M.Sc saat verifikasi, Senin (9/11/2020).
Tri Basuki menilai, program penghijauan telah dilakukan dengan baik terbukti banyak sumber mata air yang kemudian dikelola dan dipelihara mampu mencukupi ketersediaan air bagi wilayah setempat dan sekitarnya.
“Wilayah ini maju pesat dengan adanya wisata Nglinggo. Tidak hanya wisata kebun teh saja yang menarik, namun juga secara keseluruhan lingkungan di sini asri dan nyaman,” pujinya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo Drs. Sumarsana, M.Si mengatakan, budaya untuk memelihara alam Nglinggo sudah turun temurun ada di hati masyarakat. Di mulai dari memelihara mata air dan kemudian berefek pada komponen lingkungan yang lain.
Dengan konservasi, Nglinggo menurutnya tumbuh menjadi wilayah yang mempunyai potensi wisata lengkap dan khas di Kabupaten Kulon Progo khususnya maupun DIY pada umumnya.
Warga pun merasakan nilai lebih dari merawat alam, hidup bersama alam dan bersodakoh dengan alam.
“Saya sebut bersodakoh karena warga Nglinggo sudah berbagi rezeki, berbagi kehidupan dengan warga sekitar. Air yang bersumber dari mata air di Nglinggo tidak hanya dimanfaatkan oleh warga lokal tetapi hingga luar wilayah,” ungkapnya.
Sumarsana berharap dengan diraihnya penghargaan Kalpataru oleh KTH Mekar Tani Nglinggo semakin memantapkan terwujudnya Kabupaten Kulon Progo “The Jewel of Java”.
Senada, Camat Samigaluh Sugimo menuturkan kondisi alam yang masih terjaga hingga kini berkat pelestarian secara berkesinambungan antar generasi.
“Diperkuat juga dengan pemberlakuan Perdes terkait konservasi, misalnya larangan perburuan satwa, ada pula edukasi kepada warga untuk melakukan pengelolaan sampah serta eksistensi upacara-upacara adat yang bertujuan untuk edukasi pelestarian alam,” tuturnya pada WARTA DLH.
Ke depan, melalui pengembangan agro eduwisata dan didukung keberadaan Badan Otorita Borobudur (BOB) pihaknya berkeyakinan kawasan Nglinggo menjadi destinasi unggulan.
Sementara itu, Ketua KTH Mekar Tani Teguh Kumoro menyatakan kelompoknya melakukan penyelamatan lingkungan karena menyadari bahwa alam kelak akan diwariskan kepada anak cucu generasi penerus yang akan datang.
“Alam ini adalah titipan Tuhan yang harus diestafetkan kepada anak cucu. Kalau kita hanya mengolah alam dengan sewenang-wenang dan tidak memikirkan keberlangsungan generasi penerus maka besar kemungkinan sumber daya alam akan habis lebih cepat,” tegasnya.
Selain mengemban misi penyelamatan lingkungan, lebih lanjut Teguh mengisahkan, pengembangan tanaman-tanaman perkebunan seperti kopi, teh, dan cengkeh dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan warga masyarakat.
Mayoritas warga Nglinggo adalah petani dan peternak, maka pihaknya berupaya agar hasil pertanian, perkebunan, dan peternakan meningkat namun tidak merusak lingkungan. Oleh karena itu, pada tahun 2004 memberanikan diri mencanangkan sebagai desa wisata.
“Dari alam ke wisata, dari wisata akan berdampak ke peningkatan ekonomi. Dengan pelestarian lingkungan ada imbas positif ke wisata. Wisata tidak mungkin muncul jika alamnya tidak terjaga,” jelas Teguh.
Salah satu anggota KTH Mekar Tani Edi menambahkan, dalam pengembangan obyek wisata sebisa mungkin menghindari kegiatan-kegiatan yang dapat merusak lingkungan.
“Warga diberikan pemahaman betul tentang arti pentingnya menyelamatkan lingkungan hidup,” ujarnya.
Dikatakan Edi, pohon aren yang di wilayah lain sudah langka dijumpai, namun di Nglinggo pohon tersebut terkonservasi dan dimanfaatkan dengan baik. Demikian pula dengan pohon penyangga mata air lainnya seperti bendo, gintungan, bulu, pule, gayam, dan preh.
Berbekal multi potensi yang dimiliki, KTH Mekar Tani siap berlaga mewakili DIY dalam seleksi Penghargaan Kalpataru Kategori Penyelamat Lingkungan di kancah Nasional dan mempersembahkan hasil terbaik. (Prd)