Tuesday 5 November 2019

Mas Sudar, Sosok Warga Kulon Progo Yang Kreatif Olah Pakan Ternak Dengan Fermentasi Jerami


KULON PROGO, konsikaku.blogspot.com- Jerami atau yang dalam bahasa jawanya sering disebut damen bagi sebagian orang dianggap sebagai sampah yang tak bernilai ekonomi. Bahkan, jika jumlahnya banyak dan menumpuk di arel persawahan kemudian dibakar.

“Kadang yang menjadi masalah di lahan pertanian adalah pembakaran jerami. Biasanya banyak dijumpai di Masa Tanam (MT) pertama” kata Sudaryono mengawali ceritanya saat diskusi bersama komunitas Jejaring LHK-KP pada Sabtu (26/10/2019) lalu.

Dipandang dari perspektif pertanian, pembakaran jerami memang menambah unsur hara mikro, tetapi kalau dari perspektif lingkungan sebenarnya tidak baik sebab menimbulkan pencemaran. Terlebih lagi apabila pembakaran jerami lokasinya dekat dengan areal permukiman yang tidak semuanya berprofesi sebagai petani. Hal tersebut justru bisa memicu terjadinya konflik.

“Sebenarnya jerami bukan jadi masalah yang sulit untuk mengatasi. Contohnya, bisa difermentasi untuk pakan ternak. Tetapi, yang jadi kendala kebiasaan para peternak ketika banyak pakan daun hijauan maka keberadaan jerami justru dikesampingkan. Padahal dari segi ekonomis lebih menguntungkan dengan model pakan dari fermentasi jerami” ujar pria yang akrab disapa Mas Sudar tersebut.
Sudaryono (paling kiri) sedang memberikan penjelasan pada kelompok warga beberapa waktu lalu. (Foto: Sudar)

Warga pedukuhan Karangasem Desa Sidomulyo Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo tersebut menambahkan untuk merubah kebiasaan dari memberi ternak berupa pakan daun hijauan ke pakan fermentasi memang cukup sulit. Sebab, belum seluruh peternak mengetahui keuntungannya.

“Kalau ada masalah ternak yang tidak mau memakan jerami fermentasi saya siap bertukar pengalaman. Pakan ternak dari fermentasi jerami juga tidak mempengaruhi reproduksi. Saya dari tahun 2008 sudah mengandalkan pakan fermentasi bahkan pernah saya cobakan ke sapi perah. Hasil susu nya pun tetap meningkat” tandasnya.

Menurut Sudar, model fermentasi jerami tekniknya bermacam-macam. Ada yang hanya menggunakan garam, ada yang menggunakan campuran EM 4 tetes tebu, bahkan ada yang memakai urea.

“Yang paling aman adalah yang tidak menggunakan urea. Dengan bahan selain urea, apabila pagi dilakukan proses fermentasi maka sore harinya dapat langsung dikasihkan untuk makan ternak dan tidak perlu menunggu hingga 21 hari” lanjut salah satu penggiat lingkungan yang tergabung dalam komunitas Jejaring Pengelola Sampah Mandiri (JPSM) Merti Bawana Asri Kulon Progo tersebut.

Keuntungan lain dari fermentasi ialah dapat menyimpan makanan ternak dalam waktu yang cukup lama dan dapat bertahan dalam kurun sekitar 4-6 bulan. Selain itu, jika sudah terbiasa maka nafsu makan ternak pun akan kian meningkat. (Konsika Kulon Progo/Mas Pardy)

No comments:

Post a Comment